A. Load sheeding
Pada proses pelapasan beban perlu direncakana sebelumnya beban-beban yang akan dilepas, dengan urutan prioritas. Prioritas utama yaitu beban-beban yang kurang penting karena beban beban penting perlu mendapat pelayanan listrik secara kontinue. Dalam pelaksanaannya pelepasan beban dapat di lakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) Pelepasan
beban manual (Manual load shedding)
b) Pelepasan
beban otomatis (automatic load shedding)
c) Pelepasan
beban lebih (over load shedding)
1. Pelepasan
beban manual (manual load shedding)
Pelepasan beban secara manual hanya
berlaku pada kondisi sistem yang tidak kritis dan dalam hal ini operator harus
mengambil inisiatif sendiri untuk melepaskan sebagian beban. Kekurangan-kekurangan
pelepasan beban secara manual adalah sebagai berikut :
·
Diperlukan operator yang lebih ramai
·
Dapat terjadi pelepasan beban berlebih
(overshedding)
·
Kelambatan waktu berindaknya operator
Pada kondisi yang kritis dimana arus
naik sangat cepat, tindakan pelepasan beban secara manual sulit untuk mengantisipasi
kenaikan arus.
2. Pelepasan
beban otomatis (automatic load shedding)
Pelepasan beban secara otomatis
direncakan khususu ntuk mengatasi kondisi sitem yang kritis. Alat yang dipakai
adalah jenis pengaman arus lebih yang lebih dikenal dengan overload sheeding
(OLS). Alat ini khusus untuk mengatasi beban lebih dengan bekerja akibat
kenaikan arus yang melebihi suatu batas tertentu. Batas tertentu tersebut di
tentukn sebesar 0.95 dari arus nominal pada incoming fedeer. Hal ini dilakukan
agar OLS bekerja lebih dahulu dari pada pengaman hubung singkat pada saat
terjadi ganggunan beban lebih. Oleh sebab itu setting OLS harus dikoordinirkan
dengan setting OCR yang mengatasi gangguan hubung singkat.
3. Pelepasan
beban lebih (overload shedding)
Yang menjadi masalah pokok dalam
merencanakan pelepasan beban suatu sistem tenaga listrik, adalah :
-
Jumlah tingkat pelepasan beban
-
Besar beban yang dilepas pada setiap
tingkat
-
Setting arus setiap tingkat
-
Kelambatan waktu pada setiap tingkat
pelepasan
Pelepasan beban dilakukan secara
bertahap agar sistem tidak mengalamai pelepasan beban yang terlalu besar atau
melakukan pelepasan beban yang tidak diperlukan. Pelepasan beban ditentukan
oleh besarnya kelebihan beban, hal ini dapat diartikan bahwa semakin besar
kelebihan beban semakin banyak jumlah tingkat pelepasan.
Over load shedding (OLS) yang bekerja
atas dasar arus, diset pada suatu harga setting arus dibawah arus nominalnya
(In) dan kemudian akan memberikan perintah pemutus daya (PMT) untuk
melaksanakan pelepasan beban (dalam hal ini dapat dilengkapi dengan timer). Setting
waktu untuk OLS ini menggunakan karakteristik waktu tunda tertentu (definie
time), yaitu waktu yang di perlukan oleh reley dari menerima respon sampai
bekerjanya pemutus daya dan besarnya adalah tetap.
B. Load sharing
Permasalah yang pasti timbul untuk memparalelkan generator dengan kapasitas yang berbeda adalah terjadinya overload pada generator dengan kapasitas yang berbeda adalah terjadinya overload pada generator yang kapasitasnya lebih rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini terlebih dahulu harus diketahui karakteristik dari setiap generator. Karakteristik yang dimaksud adalah karakteristik daya terhadap putaran atau frekwensi. Selain itu karakteristik dari masing masing generator harus mempunyai drop yang sama. Dengan karakteristik yang demikian dapat dilakukan pengaturan daya generator sehingga dapat mencapai presentase yang sama pada masing masing untuk generator yang diparalel. Implementasi dari karakteristik tersebut dalah dengan diagram karakteristik frekwensi daya. Supaya terjadi distribusi beban seperti pada diagram karakteristik, maka antar generator diopersikan pada kecepatan yang sama. Apabila dua generator yang bekerja secara paralel dan jika salah satu generator karakteristik droopnya dinaikkan maka akan mengakibatkan :
Permasalah yang pasti timbul untuk memparalelkan generator dengan kapasitas yang berbeda adalah terjadinya overload pada generator dengan kapasitas yang berbeda adalah terjadinya overload pada generator yang kapasitasnya lebih rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini terlebih dahulu harus diketahui karakteristik dari setiap generator. Karakteristik yang dimaksud adalah karakteristik daya terhadap putaran atau frekwensi. Selain itu karakteristik dari masing masing generator harus mempunyai drop yang sama. Dengan karakteristik yang demikian dapat dilakukan pengaturan daya generator sehingga dapat mencapai presentase yang sama pada masing masing untuk generator yang diparalel. Implementasi dari karakteristik tersebut dalah dengan diagram karakteristik frekwensi daya. Supaya terjadi distribusi beban seperti pada diagram karakteristik, maka antar generator diopersikan pada kecepatan yang sama. Apabila dua generator yang bekerja secara paralel dan jika salah satu generator karakteristik droopnya dinaikkan maka akan mengakibatkan :
1. Frekwensi
akan naik
2. Daya
yang disediakan oleh generator yang dinaikkan karakteristik droopnya akan
bertambah.